Aceh mempunyai letak yang strategis membuat kebudayaan Aceh terus berkembang terutama di sepanjang daerah pesisir. Begitupun dengan budaya pernikahan prosesi adat dan busana Aceh. Di Aceh budaya Arab, Eropa, Tionghia dan Hindia pun berbaur dan mempengaruhi serta memperkaya kebudayaan Aceh.
Di dalam masyarakat Aceh ada beberapa prosesi yang biasa dilakukan dalam prosesi pernikahan adat Aceh di masa yang lampai, dan dengan adanya perkembangan zaman, sebagian mulai ditinggalkan. Berikut adalah beberapa prosesi adat Aceh yaitu :
- Jak Keumalen (Cah Roet) – Merintis Jalan
Di masa lampau peran orang tua dalam menentukan pasangan hidup anak adalah yang sangat dominan. Dimana jodoh menjadi tanggung jawab orang tua. Sehingga pada masa lalu komunikasi antara remaja putri dan putra tidak sebebas sekarang. Upacara Jak Keumalen merupakan tahap pertama untuk merintis jalan. Upacara ini memiliki arti bahwa pihak keluarga calon mempelai pria ( linto baro) datang bersilahturahmi sambil mengamati calon mempelai wanita ( dara baro), keluarganya dan juga tempat tinggalnya. Pihak calon laki-laki juga membawa bingkisan berupa makanan. Dalam proses ini pihak mempelai laki-laki akan menanyakan apakah pihak wanita sudah ada yang punya atau belum . apabila belum dan mendapat sambutan baik maka, akan dilanjtkan dengan Jak Meu Lake atau meminang.
- Jak Meu Lake – Meminang
Pada prosesi ini dimana pihak kelaurga laki-laki atau orang tua calon mempelai pria memberi kuasa pada utusan khusus untuk mengemukakan maksud dari kedatangan mereka kepada calon mempelai wanita dengan membawa bingkisan. Apabila pinangan mereka di terima maka pihak mempelai putri menjawab “ Insya Allah” sementara bila tidak diterima maka akan menjawab “hana get lumpo” yang berarti mimpi yang kurang baik. Apabila lamaran diterima maka selanjtnya adalah prosesi Jab Ba Tanda ( membawa tanda jadi )
- Meugatip – Pernikahan
Di masa lalu kaum bangsawan menggelar pernikahan di rumah mempelai wanita dan saling memberi hadiah dari pihak mempelai pria ke perempuan dari pihak perempuan ke pihak laki-laki. Selepas acara meugatip, pihak mempelai pria pulang kembali kerumah. Setelah ditentukan waktu Wo Linto, sang mempelai pria diantar kembali ke rumah mempelai wanita dengan membawa seserahan. Kemudin mempelai disandingkan untuk melakukan prosesi tepung tawar ( peusijeuk).
- Meukerija – Pesta Menyambut pengantin pria pulang ke tempat pengantin wanita
Upacara ini di lakukan setalah upacara pernikahan. Dalam prosesi ini keluarga kedua belah pihak menyampaikan niatnya untuk memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
- Peudab Jambo
Paudab Jambo atau sering disebut pasang tarub dibuat kurang lebih tujuh hari sebelum pesta. Prosesi ini dikerjakan oleh kaum pria. Jambo didirikan di halaman rumah sebagai tempat menerima tamu biasanya untuk tamu pria dan sementara tamu wanita diterima di dalam rumah. - Peulaminan – Pelaminan
Pelaminan sebagai tempat bersanding berbentuk rumah tradisional Aceh yang memiliki atap yang diberi hiasan pada tolak angin sebagai kebiasaan rumah tradisional Aceh. Kain-kain bersulam emas, terdiri dari sambungan vertikal kain warna-warni yang digantungkan di seluruh dinding. Bangku pelaminan adat Aceh terbuat dari sebuah kasur lengkap dengan guling dan bantal untuk bersandar serta diberi sarung bersulam emas. Di lantai depan rumah pelaminan diletakkan dua buah mundam atau wadah air yang terbuat dari kuningan. Dan di sisi kiri dan kanan lantai rumah-rumah diletakkan dua wadah hidangan yang diberi tudung kain berkasap emas.
0 comments on “PROSESI PERNIKAHAN ADAT ACEH” Add yours →