Upacara pernikahan khas Betawi
Jakarta, CNN Indonesia — Pertunjukkan silat membuka jalan bagi arak-arakan yang membawa seserahan dengan iringan tanjidor. Hingga akhirnya letupan petasan China mengiringi masuknya keluarga laki-laki ke dalam rumah calon mempelai perempuan.
Hal ini mungkin sudah sering ditemui dalam adegan prosesi pernikahan adat Betawi yang ditayangkan di televisi. Namun, ternyata prosesi panjang tersebut hanya bagian kecil dari rangkaian pernikahan adat Betawi sesungguhnya.
Salah satu anggota Komite Kesenian dan Pemasaran Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Indra Sutisna, pun menjabarkan proses panjang pengantin Betawi sebelum akhirnya tinggal dalam satu atap rumah yang sama.
Malam ngedelengin
Ketika sudah mantap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, pasangan biasanya mempertemukan kedua belah pihak keluarga dan saling mengenalkan. Jika kedua keluarga sudah setuju, maka ditunjuklah salah satu anggota keluarga laki-laki untuk menjadi mak comblang. Biasanya, mak comblang merupakan encang alias paman atau encing alias bibi dari calon mempelai pria.
“Mak comblang ini menggantungkan ikan bandeng di depan rumah si cewek. Kalau orang lewat, mereka bisa tahu kalau si perempuan ini sudah ada yang punya,” kata Indra.
Malam lamaran
Setelah siap, keluarga laki-laki akan menyambangi rumah keluarga perempuan untuk melamar. Mereka membawa tande putus kepada pihak wanita sebagai simbol pertunangan.
Selain menentukan waktu penyelenggaraan pernikahan, kedua keluarga juga membicarakan mas kawin yang harus dibayarkan pihak laki-laki untuk meminang sang perempuan.
“Mata kembung atau mata bandeng. Itu kiasan untuk tande putusnya mau intan atau emas. Diomongin juga pas pernikahan mau hiburan apa aja,” tutur Indra.
Malam angkat
Pada malam angkat, calon mempelai perempuan menyiapkan diri, baik mental maupun fisik. “Kalau di Jawa ini disebutnya midodareni, kalau kita melek-melekan. Di sini, perempuan itu bulu matanya dikerik dan segala macam. Baru siap akad nikah setelah itu,” kata Indra.
Buka palang pintu
Setelah melakukan akad nikah, prosesi selanjutnya adalah buka palang pintu. Tahap inilah yang biasanya ditayangkan di televisi. Sebelum masuk ke rumah perempuan, arak-arakan keluarga laki-laki melakukan beberapa prosesi. Sambil membawa seserahan dan membawa roti buaya, keluarga pria biasanya diiringi tanjidor.
Di depan rumah perempuan, dilakukan adu pantun dan silat. Pada adu silat ini, perwakilan dari keluarga pria yang menjadi juaranya.
“Ini berarti si pria udah bisa melindungi keluarganya, baru diterima ke rumah perempuan. Akad nikah, pesta deh di dalem, biasanya sih dulu dua sampai tiga hari,” kata Indra.
Malam negor
Setelah menikah, secara adat pasangan Betawi tidak langsung tinggal satu atap dan tidak boleh berhubungan badan layaknya suami istri. Malam sehari setelah pernikahan, suami bersama teman-temannya akan mendatangi rumah ā€¸istrinya.
“Laki-lakinya masuk ke dalam, teman-temannya nungguin. Di sini si istri diem aja di kamar enggak mau ngomong. Si suami harus rayu sampai mau ngomong. Kalau udah ngomong, seneng, suaminya keluar dan temen-temennya sorak,” tutur Indra.
Untuk merayu sang istri, suami bisa memberikan lelucon atau bahkan sejumlah uang yang disebut dengan ‘uang penegor’.
Pulang tiga hari nikah
Setelah tiga hari menikah, barulah suami menjemput istri untuk tinggal di rumahnya. “Biasanya ke rumah laki-laki, bawa makanan macam-macam, selametan deh di rumah. Baru mereka tinggal bersama,” tutur Indra.
0 comments on “Pernikahan Adat Betawi, Tak Ada Malam Pertama untuk Pengantin” Add yours →