Masyarakat Jawa secara geografis meliputi wilayah Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Begitu juga pada pernikahan adat Jawa biasanya terbagi menjadi dua, yang pertama adat pernikahan Keraton Surakarta, Solo dengan memakai adat pernikahan adat keraton Yogyakarta.
Memang secara garis besar prosesi upacaranya terlihat sama. Tetapi, sarana dan rincian upacaranya tidak sepenuhnya sama. Misalnya, pada prosesi siraman dalam adat Keraton Surakarta berjumlah sembilan, yang bermakna agar kita mengenang keluhuran Wali songo, sedangkan pada Keraton Yogyakarta siraman berjumlah tujuh yang memiliki makna pitulung yang artinya dapat memberikan pertolongan.
Pada prosesi adat Keraton Surakarta, setelah upacara siraman selesai dilanjut dengan upacara dodol dawet. Dodol dawer ini artinya jual dawet yang merupakan simbol dari kata kemruwet, bermakna agar pada saat pesta pernikahan jumlah tamu yang hadir akan banyak.
Yang menjadi ciri khas pada pernikahan adat Keraton yogyakarta yaitu adanya tarian edan-edanan atau biasa disebut dengan beksan edan-edanan karena berlaku seolah-olah penari bertingkah seperti orang gila. Tarian ini mempunyai makna untuk mengusir bala atau roh yang bergentayangan yang akan mengganggu jalannya proses upacara panggih.
Perbedaan lainnya yaitu ketika malam midodareni, pada pernikahan adat Jawa Solo terdapat pada tradisi yang dinamakan upacara jual beli kembang mayang. Sedangkan pada pernikahan adat Jawa Yogya, kembang Mayang sudah dipersiapkan sejak sore sebelum berlangsungnya acara malam Midodareni.
Selain itu perbedaan lain pada pelaksanaan prosesi Panggih. Pada upacara lempar sirih dalam pelaksanaan panggih pada pernikahan adat Jawa Solo dilakukan satu kali pelemparan saja, sedangkan pada pernikahan adat Jawa Yogya mempelai pria diharuskan melempar 4 sirih, dan mempelai perempuan harus melempar 3 linting daun sirih.
0 comments on “Perbedaan Adat Jawa Solo Dan Adat Jawa Yogya” Add yours →